Mengenal RSPO untuk Industri yang Berkelanjutan

Industri kelapa sawit menjadi salah satu bentuk usaha yang memiliki peran penting dalam perekonomian nasional. Berdasarkan Bisnis, Indonesia menjadi negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia. Tercatat ada lebih dari 10 juta hektar lahan sawit di Indonesia dengan 43,5 juta ton produksi kelapa sawit yang setiap tahun diekspor ke berbagai negara.

Meskipun demikian, belum banyak timbul kesadaran mengenai pengelolaan kelapa sawit yang berkelanjutan di Indonesia. Menurut Investor, pemanfaatan dan konsumsi produk kelapa sawit berkelanjutan di Indonesia masih tergolong rendah dibandingkan dengan jumlah total produksi yang dihasilkan setiap tahunnya.

Mendukung produsen untuk menghasilkan produk yang ramah lingkungan dan sosial menjadi penting untuk dilakukan. Bahkan menurut Sindonews, produk kelapa sawit yang berkelanjutan dapat meningkatkan keuntungan hingga USD 9 miliar atau sekitar Rp 130 triliun. Sertifikasi RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil) dapat menjadi solusi dalam menghasilkan industri kelapa sawit yang berkelanjutan.

Latar Belakang RSPO

RSPO awalnya merupakan sebuah organisasi nirlaba yang terbentuk pada tahun 2004 sebagai respons global terhadap pengelolaan minyak sawit berkelanjutan. Seiring dengan itu, RSPO berfokus menyatukan berbagai pemangku kepentingan dalam seluruh rantai pasokan minyak sawit untuk bersama-sama mengembangkan dan menerapkan standar global yang berkelanjutan bagi minyak sawit.
RSPO menjunjung tinggi konsensus dimana semua pemangku kepentingan memiliki suara dan tanggung jawab yang sama untuk melindungi standar yang telah ditetapkan. Pemangku kepentingan tersebut meliputi produsen kelapa sawit, pengolah atau pedagang kelapa sawit, produsen barang, pengecer, bank, investor dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di bidang konservasi lingkungan/alam serta sosial/pembangunan.

Tujuan Penerapan RSPO

Tujuan utama dari RSPO yaitu untuk mempromosikan pertumbuhan dan penggunaan minyak sawit berkelanjutan melalui kerja sama dalam supply chain dan dialog terbuka oleh para stakeholder. Di Indonesia sendiri, RSPO ditujukan untuk perusahaan sawit agar dapat memasarkan produk sawitnya ke pasar global, khususnya pasar eropa. Secara rinci, terdapat setidaknya 3 misi yang diusung oleh RSPO meliputi:
– Memantau dan mengevaluasi dampak ekonomi, lingkungan, dan sosial dari penerapan keberlanjutan pada minyak sawit yang tersertifikasi oleh pasar;
– Memajukan produksi, pengadaan, pembiayaan, dan penggunaan produk minyak sawit berkelanjutan;
– Mengembangkan, menerapkan, dan meninjau standar global yang kredibel secara berkala untuk seluruh rantai pasokan minyak sawit berkelanjutan.

Prinsip dan Sistem Penerapan RSPO

RSPO memiliki prinsip dan kriteria tersendiri dalam rangka menghasilkan kelapa sawit yang berkualitas. Tercatat ada 8 prinsip utama dengan kurang lebih 43 kriteria tambahan di dalamnya yang mesti dipatuhi yaitu:
– Komitmen terhadap transparansi;
– Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang relevan;
– Komitmen terhadap kelayakan ekonomi dan keuangan jangka panjang;
– Penggunaan tata kelola terbaik oleh perusahaan dan pabrik;
– Tanggung jawab lingkungan dan konservasi sumber daya alam (keanekaragaman hayati);
– Pertimbangan tanggung jawab atas perorangan (pekerja) serta masyarakat terkena dampak oleh perusahaan/pabrik;
– Tanggung jawab atas pengembangan perkebunan baru;
– Komitmen terhadap perbaikan berkala pada wilayah-wilayah utama aktivitas perusahaan/pabrik;

Dalam pelaksanaannya, sertifikasi RSPO dilakukan oleh pihak ketiga untuk mengevaluasi kepatuhan dengan prinsip dan kriteria yang telah ditetapkan oleh RSPO. Menurut Sawit Watch, pihak ketiga membantu perusahaan/pabrik memenuhi isi dokumen sistem sertifikasi yang terdiri dari (1) pendahuluan; (2) standar sertifikasi; (3) persyaratan akreditasi (mekanisme pengesahan dan pemantauan lembaga sertifikasi pihak ketiga); (4) persyaratan proses sertifikasi; (5) pendanaan sertifikasi RSPO; dan (6) definisi.
Tidak berhenti disitu, isi dokumen sertifikasi juga berisi lampiran yang mencakup (1) pengesahan penafsiran nasional; (2) prosedur akreditasi lembaga sertifikasi; (3) indikator wajib (indikator mayor dan minor); (4) format laporan publik sertifikasi; dan (5) prosedur keluhan dan keberatan.

Keuntungan Sertifikasi RSPO bagi Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit

Sertifikasi RSPO ini sejatinya bersifat inisiatif bagi industri kelapa sawit di Indonesia. Meskipun bersifat inisiatif, perusahaan/pabrik kelapa sawit yang tidak menerapkan prinsip dan kriteria akan dikenakan peringatan dan sanksi sesuai ketentuan. Berdasarkan Mutu Institute, terdapat setidaknya 4 keuntungan yang didapatkan oleh perusahaan yang mengantongi sertifikasi RSPO yaitu:
– Keleluasaan ekspor
Perusahaan leluasa mengekspor Crude Palm Oil (CPO) ke luar negeri dikarenakan telah sesuai standar global sehingga bisa bersaing dengan hasil produksi negara lain.
– Peningkatan harga jual
Perusahaan yang mengantongi sertifikasi RSPO bisa mendapatkan harga jual yang lebih besar (premium) sehingga keuangan dan ekuitas perusahaan pun meningkat.
– Peningkatan kredibilitas
Perusahaan dapat menaikkan reputasi dan meyakinkan konsumen atas pengolahan minyak sawit berkelanjutan.
– Efisiensi operasional
Perusahaan menjalankan proses produksi yang lebih sistematis dan terukur sehingga lebih ramah lingkungan

Menurut Kurnia Seruyaningtyas (Director of Operation Enthalphy), industri sawit di Indonesia ibarat 2 sisi mata pisau. Selain meningkatkan devisa negara sebagai komoditas ekspor terbesar, sawit juga penyebab utama terjadinya deforestasi (kerusakan lahan). Namun apabila pengelolaan sawit dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip lingkungan berkelanjutan maka dampak negatif yang ditimbulkan akan dapat berkurang.

Enthalphy sebagai perusahaan konsultan lingkungan dan energi siap membantu untuk memberikan arahan dalam pengelolaan sawit berkelanjutan yang diwujudkan dalam dokumen lingkungan. Untuk informasi lebih lanjut dapat hubungi email contact@enthalphy.com atau telusuri website www.enthalphy.com.